Prigen merupakan sebuah wilayah yang membentang di lereng Gunung Arjuno dan Gunung Welirang. Prigen sendiri telah menjadi sebuah pemukiman ratusan tahun yang lalu. Asal usul nama Prigen tidak dapat dipisahkan dengan sejarah terjadinya Kelurahan Prigen. Sejarah Kelurahan Prigen pun berkaitan erat dengan tokoh legendaris Mbah Andan Bumi, seorang keturunan darah biru pada masa Mataram Kuno. Beliau bermuhibah ke wilayah timur dengan maksud untuk mendirikan padepokan/perguruan Macan Putih. Memilih Prigen sebagai padepokan dengan pertimbangan lingkungan alam yang pada masa itu masih berwujud hutan belantara dan berada di dataran tinggi dengan maksud untuk mendekatkan komunikasi spiritual dengan tokoh-tokoh padepokan lainnya yaitu: Padepokan Trawas, Padepokan Kembarsari (Barsari), Padepokan Gunungsari, Padepokan Arcopodo (Kepulungan)
Andan Bumi juga mempunyai arti Andan atau Ondo dalam Bahasa Jawa yang berarti pancikan/trap-trapan untuk menuju ketempat yang lebih atas dan Bumi yang berarti daratan/tempat. Konon pada masa itu, apabila padepokan-padepokan di wilayah bawah jika menuju ke pertapaan Indrokilo selalu melewati kawasan Prigen dan sebagai pertanda bahwa wilayah tersebut adalah akses jalan yang dilalui selalu ditanami pohon kemuning.
Sampai sekarang makam Mbah Andan Bumi berdampingan bersama istrinya berada di barat Masjid Jami’ Al-Firdaus, di Komplek Makam Islam Kelurahan Prigen. Makam Mbah Andan Bumi sering diziarahi oleh masyarakat baik dari Prigen maupun dari luar daerah. Makam beliau tetap dirawat dengan baik oleh masyarakat Prigen yang sampai saat ini menempatkan beliau sebagai tokoh legendaris dan leluhur Kelurahan Prigen.
Dari beberapa narasumber, ternyata asal usul nama Prigen memiliki 5 versi cerita. Versi pertama, nama Prigen muncul dari nama yang diberikan oleh Asmoro Bumi (nama lain dari Mbah Andan Bumi). Saat itu wilayah Prigen diserang pageblug (wabah) berupa penyakit yang mematikan. Pagi sakit sore meninggal, sore sakit pagi meninggal. Melihat kondisi masyarakat yang memprihatinkan, Asmoro Bumi berikhtiar dengan puasa ngebleng selama 40 hari untuk meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya petunjuk pun diperoleh dan masyarakat desa terbebas dari penyakit mematikan. Namun saat melakukan tirakat puasa itulah, Asmoro Bumi mengalami sakit perut yang luar biasa. Perih karena menahan haus dan lapar. Untuk mengatasinya, diambilnya kain panjang untuk mengikat perut yang disebut stagen. Dari dua kata perih dan stagen itulah kemudian Asmoro Bumi menamakan Dusun yang ditempatinya dengan nama Prigen. Perih yang kemudian diikat dengan kain stagen.
Versi kedua, Prigen merupakan sebutan bagi tempat yang masih wingit (angker). Dimana tempat tersebut banyak dihuni Peri (makhluk halus/hantu) manggen (berdiam di tempat tersebut). Ada yang mengartikan Peri sak Enggen-enggen (dimana-mana) karena saat itu kawasan ini masih berwujud hutan belantara (Alas Gung Lewang Lewung, Jalmo Moro Jalmo Mati). Karena keangkerannya itulah maka tempat yang masih dihuni oleh Peri (makhluk halus) disebut Prigen.
Sedangkan versi ketiga menyatakan bahwa Prigen berasal dari suku kata Perigian. Konon, saat itu wilayah Tretes masih disebut Coban Tretes dan wilayah Prigen disebut Perigian yang artinya adalah pesumuran tempat untuk mengambil air/tempat untuk menimba ilmu.
Nama Prigen juga sering dihubung-hubungkan dengan bunga berwarna kuning yang konon banyak tumbuh di wilayah Prigen saat itu. Karena tempat tersebut cocok untuk tempat tumbuhnya bunga kuning tersebut, maka tempat tersebut kemudian disebut Prigen. Perigen adalah nama tumbuhan kenikir. Daunnya memiliki rasa pahit/getir, berbau menyengat namun disukai rojokoyo (kambing/sapi). Berbunga besar warna kuning menyala yang sampai saat ini flora tersebut hanya tumbuh didaerah dataran tinggi di wilayah Prigen dan sekitarnya.
Versi kelima menyatakan bahwa Prigen berasal dari kata Pri dan Gen. Pri adalah suku kata dari prihatin, sedangkan gen adalah suku kata dari panggenan (tempat) yang kemudian membentuk akronim Prigen yang berarti panggenan (tempat) untuk prihatin.
Demikianlah nama Prigen ternyata berasal dari beragam kata. Terlepas dari itu semua, para leluhur telah memberi tetenger (tanda) bagi sebuah pedukuhan di Lereng Gunung Welirang ini dengan nama Prigen.
Sumber: Tim Penulusuran Sejarah Kelurahan Prigen
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini