Jatiarjo merupakan sebuah desa yang terletak di ujung tenggara Kecamatan Prigen. Jatiarjo terletak di kaki Gunung Arjuno yang memiliki panorama alam yang asri dan berhawa sejuk. Desa ini berada di ketinggian + 665 mdpl dan memiliki luas 11,7 km?2; yang terbagi menjadi tiga dusun, yakni Tonggowa, Tegal Kidul, dan Cowek. Jatiarjo memiliki jumlah penduduk sebanyak 7201 jiwa. Sebagai sebuah desa yang memiliki jumlah penduduk sebanyak itu, Jatiarjo tentu memiliki sekolah-sekolah untuk menunjang pendidikan masyarakatnya. Jumlah sekolah di Jatiarjo sebanyak 3 TK/RA, 5 SD/MI, dan 2 SLTP/MTs.
Desa Jatiarjo memiliki 2 suku yakni Madura dan Jawa, jadi bahasa pergaulan sehari-hari menggunakan bahasa Madura dan bahasa Jawa. Mayoritas penduduk Jatiarjo beragama Islam. Kesenian daerah yang sampai saat ini masih berkembang di Jatiarjo adalah Terbang Gandul, yakni kesenian yang menggunakan alat musik Ketipung, Terbang dan Jidor yang dipadu dengan syair-syair Jawa dan lagu yang bernuansa Islami. Selain itu juga ada Ujung, Jaran Kepang, dan Sapi-sapian, sebuah tarian yang banyak digunakan untuk mengiring pengantin maupun dalam perayaan sunatan.
Potensi Jatiarjo telah ditemukan oleh pemerintah kolonial sejak era tanam paksa. Belanda mendatangkan orang-orang dari Madura untuk dibawa ke desa ini. Mereka dipaksa untuk menanam sayur-sayuran, palawija, tanaman tegakan hutan hingga buah-buahan. Jejak-jejak peristiwa tanam paksa itu masih bisa terlihat hingga saat ini, Dusun Tegal Kidul dan Tonggowa mayoritas warga keturunan Madura. Ragam pertanian dan keberadaan warga keturunan Madura tersebut menjadi bukti bahwa kesuburan tanah dan kondisi iklim merupakan potensi yang sudah ada sejak lama.
Selain budidaya komoditas sayuran, palawija, tanaman tegakan hutan, dan buah-buahan, di Jatiarjo juga terdapat kegiatan budidaya tanaman kopi. Budidaya tanaman kopi ini berada di Dusun Cowek, komoditas ini dibudidayakan di lahan milik Perhutani. Menurut salah satu petani kopi di Dusun Cowek, sejarah tanaman kopi dimulai puluhan tahun yang lalu, bersamaan dengan periode awal dibangunnya Taman Safari Indonesia 2. Pembangunan kawasan Taman Safari Indonesia 2 di Jatiarjo menjadikan lahan pertanian yang berkurang dan masyarakat beralih menjadi petani kopi di lahan milik Perhutani. Perhutani dengan masyarakat memiliki kesepakatan yakni petani diizinkan bercocok tanam di lahan Perhutani asalkan tidak mengganggu tanaman tegakan. Tanaman kopi akhirnya dipilih karena dirasa tidak mengganggu tanaman tegakan dan juga menguntungkan petani. Tanaman kopi di Jatiarjo akhirnya menjadi komoditas besar yang patut diperhitungkan. Banyaknya tanaman kopi di Desa Jatiarjo ini juga memiliki fungsi konservasi untuk lereng Gunung Arjuno sebagai daerah resapan air bagi sebagian wilayah di Kabupaten Pasuruan, yakni Purwosari, Gempol, dan Pandaan.
Berawal dari inilah, Desa Jatiarjo menjadi terkenal akan kopinya. Bahkan Jatiarjo yang selama ini dikenal karena Taman Safari Indonesia 2, kini menjadi terkenal karena Wisata Kampung Kopi yang dikelola bersama masyarakat desa ini. Di setiap wilayah tentunya memiliki beragam dinamika masing-masing, Wisata Kampung Kopi yang sangat terkenal sebelum pandemi terjadi, kini bergeser ke Wisata Jendela Langit yang fenomenal. Wisata Jendela Langit ini terletak di wilayah Dusun Tegal Kidul, Desa Jatiarjo. Wisata Jendela Langit merupakan bagian dari Gumandar Forest, sebuah tempat wisata yang memiliki konsep ecotourism. Tempat ini menawarkan fasilitas untuk berkemah dan bersepeda gunung di lereng berhutan Gunung Arjuna, serta beberapa dek observasi.
Sumber:
https://kimarjunajatiarjo.blogspot.com/2015/12/profil-desa-jatiarjo.html
https://www.desabisa.com/jatiarjo-desa-pertanian-terkemuka-sejak-jaman-penjajahan-belanda/
https://jatimnow.com/baca-20040-mengintip-jendela-langit-di-pasuruan
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini